banyak terjadi hal yang cukup aneh dan menggelikan akhir-akhir ini. terutama yang saya amati seputar dunia perpolitikan negara kita. sampai-sampai saya lebih suka nonton kartun jadinya, dari pada mengamati secara detil dagelan politik itu.
ada kejadian para nelayan yang sibuk demo turun kejalan demi membebaskan seorang terdakwa kasus korupsi dana nelayan itu sendiri. itu dia kasusnya DKP, yang menjadikan Rokhmin Dahuri sebagai artisnya. aneh karena para nelayan jusrtu berdemo dan menutup jalur pantura, lucunya mereka malah menuntut agar Rokhmin Dahuri dibebaskan(cuma Rokhmin..yang laen nggak). padahal lebih relevan kalo para nelayan itu demo masalah kesulitan bahan bakar, naiknya harga minyak goreng, atau menyangkut kesejahteraan nelayan yang lain. kalo cuma membela terdakwa korupsi. buat apa capek-capek demo, apalagi yang dikorup duit mereka juga.
dua partai besar bertemu. sebetulnya siih ini hal yang biasa, seperti yang dikatakan para pengamat. yang tidak menjadi biasa adalah respon Metro TV, sebagai stasiun berita pertama yang melaporkan kegiatan ini. begitu antusias dan memukau. bahkan sampai masuk menjadi editorial pagi. sewaktu itu belum banyak yang berkomentar, sehingga metro masih memberitakan secara positif, entah mengapa kok malah jadi tidak netral pemberitaannya. pada dimedia lainnya berani-berani saja menayangkan aksi para pengurus ranting salah satu partai tersebut yang kecewa dan menarik dukungannya. ada juga debat antar politikus yang justru meragukan tujuan dari pertemuan yang tidak jelas itu. siswono bilang itu bukan koalisi, tapi panda nababan sepakat itu koalisi, yang lebih lucu yusuf kalla justru mempertanyakan pertemuan itu.??termasuk agung laksono. kenapa juga taufik kemas begitu ngotot dengan opsi puralisme-nya..?
ada lagi ketika kasus lumpur lapindo semakin parah. presiden SBY dengan sigap langsung menuju ke lokasi bencana di porong. hasilnya justru membawa sikap pesimis bagi masyarakat. kepercayaan terhadap presiden justru makin menurun, karena memang kurang ada hasil nyatanya. kendati presiden sangat berkomitmen untuk menyelesaikan ini, tapi apalah daya jika tidak sinkron dengan menterinya. percuma memang(kelihatannya) presiden membuat berbagai peraturan, kalau menterinya malah santai-santai(seperti tidak ada beban). lihat saja berapa triliunan kekayaan Abu Rizal Bakrie(menko kesra) yang dipublish media, padahal masih banyak yang tidak 'kesejahteraan rakyat'. atau perlu ada reshufle lagi ?
Abu Dujana sih sudah tertangkap. dan memang masih status tersangka. tapi malah jadi persoalan besar, ketika banyak pihak justru menolak cara-cara yang digunakan densus 88 dalam mengungkap terorisme. sampai pada tuntutan pembubaran densus. Pak Sis sebagai Kadiv.Humas rajin juga menjawab semua isu yang menerpa polri tersebut. dan memang perlu kita ketahui juga, bahwa citra polisi saat ini lebih sebagai angkatan bersenjata, bukan polisinya rakyat, menumpas teror dengan teror.
masih banyak, dan saking banyaknya, sampai malas juga jadinya.
semua itu datang bertubi-tubi, sepertinya sengaja menghilangkan realita kehidupan yang saat ini kita hadapi; penderitaan warga porong, harga minyak goreng naik, listrik mati idup, susah nyari kerja, petani gagal panen, gempa, apa lagi...apa lagi yang sengaja dilupakan, hanya karena manuper-manuper politik yang 'makin' seru..!!??