Showing posts with label opini. Show all posts
Showing posts with label opini. Show all posts

Friday, October 29, 2010

bukan Developer, tapi Technopreneur


Akhirnya bisa ketemuan bareng juga dengan teman-teman dari inkubator IT di Jabar (khususnya bandung). Acara di Jabar Craft Center ini dihadiri oleh Disperindag Jabar, Inkubator Bisnis (Rice Inti, I2TB), PT.Inten, Blindspot dan banyak lagi. Dan ternyata produk-produk yang dipresentasikan luar biasa bagus dan inovatif. Dan kami pun jadi tegang bercampur minder, apalagi dapet jatah presentasi agak terakhir. Saking tegangnya, sempet kepikiran untuk pulang aja. hehe... saking groginya...

Tapi ternyata semua presentasi yang telah dilakukan masih punya kelemahan. mengutip statement dari Blindspot : Dimyati Imam, "100% tidak memiliki peluang bisnis", komentar sadiss. Kita baru tersadar, setelah mendengarkan penjelasan pak Imam. Dan memang yang banyak kita sampaikan hanya sekedar teknologi, tanpa ada penjelasan apa nilai lebihnya? bagaimana pemasarannya? bagaimana resiko bisnisnya? dsb. Sepenggal tentang komentar itu ada disini, http://us.detikinet.com/read/2010/10/28/085158/1477099/319/rencana-bisnis-lemah-ukm-ti-susah-dapat-kucuran-dana

Jadi, pantas saja kalo harapan permodalan pun sulit untuk didapatkan. Padahal yang kita jual seharusnya adalah produk bukan teknologi. Yang kita sampaikan adalah value bagi client, bukan sekedar kecanggihan produk kita. Wah, kejadian presentasi dan seminar kemarin seperti orang yang maen Futsal dibantai habis 20 - kosong, semua yang hadir kalah telak.

Dan memang inilah masalah yang umumnya kami hadapi. Bisa jadi kami memang bukan kekurangan modal, tapi kami kurang mengerti tentang bisnis itu sendiri. Pendidikan yang telah dilalui hanya mengajarkan kita sisi teknis teknologi, untuk menjadikan kita pekerja. Sangat jarang ada muatan yang mengajarkan bagaimana menjadikan produk bernilai jual, atau mungkin bagaimana melihat dari kacamata bisnis. Seandainya pun ada yang mau memberikan modal 100juta saat ini, mungkin kita malah akan kebingungan untuk apa modal itu. Mau dilarikan kemana dan bagaimana skema pengembaliannya.

Oke, sekarang bukan saat yang tepat untuk saling menyalahkan. Yang harus dilakukan adalah menata ulang kembali setiap produk dan perencanaan. Bagaimana kita berfikir untuk menjual produk, karena pada dasarnya membuat produk pasti bisa. Mungkin yang terpenting dari Bisnis StartUp IT, adalah belajar cara Bisnis dan Management-nya, karena kalau urusan IT nya, pasti sudah harus jago.

Dan saya masih teringat pesan pak Imam ketika itu, bahwa kita disini tidak sedang menjadi Developer Software tapi seharusnya Technopreneur.

baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Friday, October 08, 2010

Indonesia hajar Uruguay !!


Malam ini akhirnya pertandingan yang ditunggu-tunggu datang juga. Indonesia vs Uruguay!! Pertandingan ini pasti akan berlangsung seru dan panas. Paling tidak untuk memuaskan hasrat penasaran rakyat Indonesia terhadap kehandalan Timnas Indonesia ini. Kira kita bisa menang kah lawan urugu-way?
ini dia timnas kesayangan kita,
tapi sangat disayangkan, uruguay malam ini tidak menurunkan Forlan, di Stadion Bung Karno. mungkin Forlan agak nervous ketemu sama Bambang Pamungkas?

berapa skor akhirnya? bagi saya itu tidak penting. karena kita bisa bermain dengan baik saja, itu sudah suatu kebanggaan tersendiri. karena moment melawan tim sekuat uruguay ini pasti akan sangat langka. seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, dimana timnas Indonesia hampir saja membantai MU alias Manchester United.

lalu apakah Timnas bisa menang ?? mungkin saja menang GOL, atau bisa juga Menang-gung kekalahan.. :(


gambar diambil dari : vivanews.com dan smp3lembang.blogspot.com
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Wednesday, September 29, 2010

Q! Film festival, yang Homo lawan FPI

seperti yang diberitakan oleh beberapa media online, termasuk kompas.com, heboh mengenai Q! Film Festival. ini adalah festival film, yang menghadirkan film2 dengan tema Homo, Lesbi, Gay, dan Transgender. saya juga belum nonton, karena lokasi nya jauh dijakarta (kira2 ada bajakannya di internet??).
parahnya, tema yang diangkat bisa saja bertujuan untuk membuat kita familiar dengan Gay dan Homo. waduh bisa kacau dong nih. mau jadi apa masyarakat kita kalo ditawarkan hal-hal yang seperti ini. apa tidak ada hal lain yang lebih penting dan mendidik?
gay dan homo itu masuk kategori penyakit masyarakat, dan tidak usah di "piara". ini Indonesia bung!! bukan belanda ato pranciss...
apalagi ditambah sikap komnas HAM yang aneh, seperti diberitakan disini. apa lembaga ini kurang kerjaan ya ?? ato memang punya misi untuk meng-Homo-kan dan me-lesbi-kan Indonesia. saya adalah orang awam, yang tidak mengerti tentang perfileman. tapi menurut pendapat saya, bagaimana pun model edukasi yang ditawarkan dalam film seperti ini, tetap saja justru akan membawa pesan untuk memasyarakatkan gay dan lesbi bagi penontonnya.

mungkin hal2 seperti ini (membahas nasib para gay dan lesbi agar diterima masyarkat), lebih penting bagi komnas ini, dibanding masalah kemanusiaan, masalah kemiskinan, masalah rakyat miskin, masalah anak yg ngak sekolah, masalah kesehatan, traficking, dll

oiya, tapi ada hal yang lebih menarik lagi. yaitu terlibat nya FPI ato Front Pembela Islam dalam Festival ini. tapi bukan sebagai pendukung, melainkan yang menentang keras diselenggarakannya festival ini. alhasil, terjadilah aksi demo, penggerebekan atau mungkin ancaman2 lainnya. wah, banyak orang kan saat ini tidak setuju dengan tindak kekerasan yang dilakukan FPI. bahkan FPI seolah2 mulai di negatif kan terus menerus.
jadi kalo Anda menolak Q! festival, berarti Anda mendukung FPI... iya kan ??

gambar diambil dari kompas.com




baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Friday, September 03, 2010

StartUp Quote: That's Where the Opportunity lies


"We’re not really good at knowing what we want, and we are very quick to say “this sucks”. That’s where the opportunity lies" (Founder, Wine Library tv)

kadang jadi kepikiran kalau kita itu kebanyakan mengeluh nya dari pada berusaha nya. padahal yang baik menurut kita belum tentu baik, dan yang jelek menurut kita belum tentu jelek.
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Thursday, August 19, 2010

StartUp Quote Hari ini


"Don't spend so much time trying to choose the perfect opportunity, that you miss the right opportunity". (Michael Dell - Founder DELL)

Ini salah satu website yang cukup bagus untuk memotivasi kita. isinya kata2 mutiara dari para leader perusahaan2 IT dunia, untuk para startUp enterprenuer.

silahkan dicoba sendiri disini : http://startupquote.com/
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Monday, October 19, 2009

Logo Baru Telkom Indonesia

Walaupun sudah pernah direncanakan dulu-dulu, akhirya bisa kesampaian juga, jalan-jalan ke Gazeboo Bandung di Minggu pagi. Kali ini sekalian jalan bareng teman lama, Rahmat Agusli dan Arli Ananda. Yang satu datang dari Jakarta dan satunya lagi dari Timika, tempat mencari nafkah. maklum sudah lebih satu tahun berpisah.
Target pagi itu sebetulnya untuk bisa ketemu dengan mas Afaf, yang sedang kerja di Telkom Japati (hari minggu kok masih kerja sih). Tapi karena naluri shopping dan cuci mata rahmat, akhrinya kita harus jalan-jalan dulu keliling Gazeboo. Mulai dari Cari batik, Casing HP, Celana, makanan, pokoknya apa aja dicari (walaupun belum tentu beli).
Sampailah di depan kantor Telkom Japati. dan ternyata (saya juga baru tahu), logo telkom telah berubah, jadi seperti ini.

kesan pertama melihatnya, ada yg bilang "kok kayak gambar tangan", ato "kayak gambar mahkota", ato "sekilas seperti parabola",ato "kayak spongebob?ubur-ubur?" ;D
kata Afaf, PT.Telkom akan me-launching logo barunya tanggal 23 Oktober 2009 ini, menjadi Telkom Indonesia.
rahmat bilang, "itu ada filosofinya, tangan lima", tapi sayangnya dia lupa. Nanti kalau saya sudah dapat apa filosofinya, bakal saya posting di blog ini.
ok, selamat untuk PT.Telkom atas logo barunya. semoga makin bisa memberikan inovasi dan pelayanan terbaik bagi bangsa kita.
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Friday, October 02, 2009

Serba Open Source

Pertama kali mendengar istilah opensource, maka yang langsung ada dibenak saya adalah Linux. Saya tahu Linux itu adalah system operasi saingan Windows, yang opensource. Tapi ternyata, saat ini banyak sekali aplikasi lainnya yang masuk dalam kategori opensource, baik untuk bidang web, multimedia, sampai keperluan document atau office. Ini membuktikan makin pesatnya perkembangan software opensource. Bahkan dari segi fungsionalitasnya, software opensource berkualitas baik. Bahkan untuk aplikasi server pun jauh lebih baik. Kita bisa melihat dengan banyaknya hostingan untuk server web yang memakai Linux, php, mysql, apache dan aplikasi opensource lainnya.

Seperti halnya saya dulu baru mengenal linux, masyarakat pun saat ini masih enggan untuk beralih menggunakan aplikasi opensource. Walaupun semua orang (saya yakin) tahu bahwa aplikasi bajakan yang selama ini mereka pakai adalah tidak baik, tidak halal, membajak, dan tidak mendidik. Tapi apa boleh buat, saya ataupun kita mungkin masih terlalu takut dan enggan untuk menggunakan aplikasi opensource. Persepsi kita, aplikasi opensource itu susah menggunakannya, kualitasnya murahan (mungkin karena gratis), susah mencari tempat bertanya, dan berbagai kesulitan lainnya. Padahal kalau kita ingat pertama kali belajar menggunakan computer, kita juga mengalami kesulitan yang sama.

Pola pikir “serba sulit” ini sudah terlanjur beredar liar dimasyarakat kita, mungkin masyarakat dunia pada umumnya. Kampanye penggunaan opensource pun dilakukan tidak untuk mengenalkan kemudahan, tapi justru menambah bingung orang awam, dengan mekanisme dan istilah-istilah aneh. Saya sedikit percaya dengan saran seorang teman yang bilang bahwa ini cuman masalah kebiasaan saja. Atau kalau saya lebih percaya lagi, karena aplikasi opensource masih berkembang, jika semakin mudah digunakan pasti semakin menarik. Contohnya, saat ini kita sudah mulai melirik beberapa distro linux seperti Ubuntu atau Open Suse, yang menurut saya mudah digunakan.

Bagi masyarakat awam tidak terlalu penting apa itu opensource. Bagi mereka yang penting aplikasi yang ada bisa mempermudah aktifitas yang dilakukan. Ayo kita mulai dari lingkungan terdekat kita untuk mulai menggunakan aplikasi opensource. ;)


gambar di ambil dari : www.valeriovalerio.org

dengan sadar dan penuh kejujuran saya nyatakan bahwa :
Tulisan ini dibuat untuk menyukseskan Lomba Blog Open Source P2I-LIPI dan Seminar Open Source P2I-LIPI 2009.
;D
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Friday, July 31, 2009

Ranking Webometrics STT Telkom/IT Telkom Juli 2009

Hasil Peringkat Webometrics untuk edisi Juli 2009 telah dirilis kemarin. Dan hasilnya sangat mengejutkan, karena banyak terjadi berbagai perubahan. Yang paling mengenaskan (menurut saya), adalah peringkat STT Telkom, yang sekarang telah menjadi IT Telkom, turun menjadi peringkat 15 nasional, setelah di edisi Januari 2009 lalu berada pada peringkat 6. Wow!

Untuk informasi lebih lengkapnya, Anda bisa langsung ke TKP. Dan saya akan hadirkan 18 perinkat Nasional Webometrics,

NR - WR - University - size - vsblty - rich - scholar
  1. 572 Universitas Gadjah Mada : 417 - 554 - 973 - 839
  2. 727 Institute of Technology Bandung : 411 - 1,193 - 1,452 - 365
  3. 1010 University of Indonesia : 891 - 1,199 - 1,197 - 1,206
  4. 1080 Petra Christian University : 881 - 2,159 - 1,631 - 399
  5. 1126 Gunadarma University : 909 - 2,073 - 1,252 - 771
  6. 1617 Universitas Sebelas Maret : 1,237 - 932 - 2,882 - 3,793
  7. 1643 Airlangga University : 1,128 - 4,150 - 4,255 - 208
  8. 1849 ITS : 1,062 - 1,762 - 3,130 2,853
  9. 2215 Bogor Agricultural University : 2,011 - 3,095 - 5,137 - 1,135
  10. 2590 Brawijaya University : 1,640 - 3,167 - 3,860 - 2,915
  11. 2685 Univ. Muhammadiyah Surakarta : 3,248 - 7,553 - 2,835 - 438
  12. 2779 Diponegoro University : 2,097 - 4,007 - 5,156 - 1,853
  13. 2791 Universitas Negeri Malang : 4,519 - 6,768 - 5,467 - 161
  14. 2839 Indonesia Univ of Education : 1,869 - 2,323 - 5,319 - 4,165
  15. 3017 Sekolah Tinggi Teknologi Telkom: 2,757 - 3,279 - 2,831 - 4,387
  16. 3058 Universitas Islam Indonesia : 2,542 - 5,662 - 7,184 - 887
  17. 3142 Universitas Padjadjaran : 2,172 - 3,884 - 3,548 - 3,764
  18. 3276 Universitas Mercu Buana : 4,039 - 1,194 - 6,369 - 9,755
NR= National Rank, WR=World Rank.

Untuk peringkat Regional Asia Tenggara, STT Telkom berada pada urutan 86. Sedangkan tingkat dunia berada pada urutan 3017. Universitas Gunadarma sendiri yang pada edisi Januari 2009 menduduki peringkat 4 Nasional, harus puas berada pada peringkat 5, turun satu peringkat. Saya tidak mengamati apakah peringkat kita yang turun, atau ada univesitas lainnya yang memang naik, tapi secara nasional bisa dilihat STT Telkom mengalami penurunan drastis. Beberapa Universitas yang mengalami kenaikan (melampaui STT Telkom) yaitu Universitas Kristen Petra, Universitas Sebelas Maret, Universitas Airlangga, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Malang, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kenapa ada Webometrics ?
Webometrics merupakan versi lain dari sistem peringkat Universitas diseluruh dunia berdasarkan Web. Sistem rangkin melalui web ini merupakan inisitatif yang dilakukan oleh Cybermetrics Lab, lembaga penelitian publik yang independen. Dan telah mengembangkan jurnal tentang Cybermetric/Webometrics ini sejak tahun 1997. Resmi dirilis pertama kali pada tahun 2004, Webometrics berharap dapat memberikan motivasi pada para peneliti diseluruh dunia untuk melakukan lebih banyak publikasi konten/materi ilmiah dengan media web. Sehingga masyarakat umum, para peneliti, calon mahasiswa bisa mendapatkan informasi tentang universitas, melihat kegiatan ilmiah dan juga kinerjanya.
Sehingga keberadaan web universitas tidak sekedar formalitas (biar dibilang keren), atau hanya sekedar promosi untuk penerimaan mahasiswa baru. Tapi menurut saya, web universitas juga berguna sebagai media sharing informasi, riset, dokumentasi kegiatan, komunitas, dan melihat kinerja dari universitas itu sendiri. Jadi sistem rangkin ini murni berdasarkan pada aktifitas web yang menunjukkan keseriusan universitas dalam mengelolanya.

Bagaimana Sistem Penilaian webometrics ?
Ada 4 indikator untuk menentukan penilaian versi webometric ini, yaitu :
1.Size, parameter ini melihat dari jumlah hasil pencarian dengan menggunakan 4 search engine terkenal (Yahoo, Google, Live Search, Exalead).
2.Visibility, melihat dari jumlah eksternal link yang dimiliki, dan dilihat dari situs pencarian seperti Yahoo search, Live search dan Exalead. Salah satu yang sering terjadi adalah universitas tidak mempubliskan eksternal link dari web universitas nya.
3.Rich File, dengan mengevaluasi kesesuaian dari kegiatan/aktifitas universitas dan publikasi yang dilakukannya. Misalnya untuk riset-riset yang dilakukan maka harus terpublikasi juga dengan baik. Parameter ini juga mempertimbangkan volume dari format file publikasi (doc, pdf, ppt, ps,)
4.Scholar. Dilihat dari ketersediaan paper dan citations dari domain akademik, berdasarkan data Google Scholar.
Dan penilaian Rangking Webometrics memiliki bobot 50% untuk visibility, 20% untuk size, 15% untuk rich file, dan 15% untuk scholar.
Jelas terlihat disini, bahwa aktifitas akademik juga harus mempengaruhi aktifitas publikasi akademik di web. Dan kehandalan dalam me-manage itulah yang akan mempengaruhi naik-turun nya peringkat webometrics suatu universitas.



Bagaimana Kualitas STT Telkom ?
Menurut saya hasil rangking Webometrics tidak berpengaruh langsung pada kualitas suatu Universitas, namun tetap memberikan pertimbangan serius dari suatu universitas. Penilaian ini hanya menunjukkan sejauhmana dokumentasi dan publikasi yang dilakukan oleh universitas.
Mungkin ada universitas yang banyak melakukan kegiatan akademik (riset, seminar, study groups, dll) dan menghasilkan, tapi tidak melakukan publikasi web, maka akan rendah rangking webometrics nya. Tapi mungkin ada juga yang masih sedikit kegiatannya, namun punya komitmen dan konsisten dalam me-manage publikasi kegiatannya melalui web. Sehingga universitas itu mampu menyebarluaskan/share pengetahuannya ke siapa pun dan dimana pun, melalui web.
Sedangkan untuk STT Telkom menurut saya (seingat saya ketika dulu kuliah), masih kurang dalam hal kegiatan dan masih belum serius juga untuk hal publikasi. Memang untuk kondisi sekarang publikasi telah banyak dilakukan dan mulai membaik, dengan hadirnya web library, web blog, web forum, selain situs utama dari STT Telkom itu sendiri. Namun untuk saya yang saat ini berada diluar lingkungan kampus, memang sangat sulit sekali saat ini mencari informasi, terutama seputar riset/penelitian yang sedang dilakukan. Baik ketika saya melakukan pencarian berdasarkan fakultas, dosen, tingkat tahun, atau spesifik pada topik penelitian. Minimal pasti ada penelitian yang berkaitan dengan tugas akhir (atau mungkin ada juga penelitian yang dilakukan dosen/lab), tapi itupun masih sulit untuk diakses. Biasanya kita hanya menemukan link dari library, itu pun hanya dalam bentuk abstraksi, bukan jurnal apalagi hasil risetnya. Kalau ketiak (dulu) masih berada didalam STT Telkom, mungkin kita bisa dengan leluasa mengakses informasi dari link internal yang ada. Mungkin inilah PR yang harus juga dibenahi (tidak hanya STT Telkom) dalam pengelolaan web universitas. Sehingga “world class university” bisa benar-benar terwujud.

Saya yakin masih ada parameter lainnya yang bisa di kutak-katik, untuk menaikkan popularitas suatu web, atau untuk meningkatkan peringkat webometrics ini. Tapi dari motivasi diadakannya webometrics ini, saya melihat ini adalah masalah kebiasaan kita dalam beraktifitas khususnya dalam dunia pendidikan. Bahwa ilmu/pengetahuan yang dimiliki sudah sepatutnya lah untuk bisa dibagi kepada yang lain dengan tujuan pengembangan. Dan peningkatan budaya riset dan publikasi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pengelola web universitas, tapi juga tanggung jawab setiap dosen, mahasiswa, lab, perputstakaan, pegawai dan lainnya.

Beberapa bulan ini banyak yang menanyakan kepada saya tentang kualitas STT Telkom (karena sekarang sedang musim anak2 SMU mencari tempat Kuliah). Dengan enteng saya menjawab, “STT itu peringkat 6 Nasional lho”, dengan merujuk hasil webometrics januari 2009. Kalau sekarang? Saya juga sedikit bingung harus memberikan alasan apa untuk meyakinkan kalau STT Telkom itu bagus.. :D
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Monday, July 20, 2009

Teori Relativitas Kepentingan


Ini bukan permasalahan Relativitas Umum dan Relativitas Khusus dari Bang Einstein. Tapi ini bicara masalah hal yang Penting, dianggap Penting, atau berhubungan dengan Kepentingan. Kalo kata politikus, kepentingan itu melebihi segalanya, sampai mengorbankan persahabatan. makanya yang ada hanya kepentingan sejati, bukan sahabat sejati.

Beberapa waktu yang lalu teman ada yang kasih komentar "Penting ngak sih kita mikirin Masalah bom, kayak ngak ada berita laen aja!!".

Saya jadi kepikiran, kalo penting atau tidak penting, tidak ada hubungannya dengan kemauan. untuk saat ini kita memang sedang tidak mau memikirkan masalah bom, tapi mau ngak mau, tidak ada tontonan laen.

ada lagi yang komentar, "ngak penting amat sih anak SMA diajari Kromosom dan Masalah Kelainan DNA". Terlepas dari yang komentar itu orang males, ato sentimen sama pelajaran biologi, tapi menurut saya pasti penting lah. walaupun kita tidak yakin akan lanjut ke perguruan tinggi, ambil bidang kedokteran/kesehatan. tapi paling tidak anak SMA tetap harus merasa penting belajar itu, agar bisa terlatih daya analisisnya atau minimal bisa jawab ujian biologi.

sekali lagi, penting itu bisa jadi relatif kondisinya pada tiap orang. tapi ini bukan masalah kemauan.
tapi penting itu masalah momen dan kebutuhan. atau kalo kita tuangkan dalam bentuk rumus, menjadi persamaan P = M * B. (P=penting, M=momen, B=Butuh).

Contoh, kalo Anda merasa keluarga adalah hal terpenting dalam hidup Anda, maka itu tidak akan berlaku lagi jika momen-nya Anda sedang ada di jalan sepi dan didepan sana ada 2 orang preman yang siap menghadang, ditas ada uang 2M untuk gaji karyawan Anda, dan tidak ada jalan lain selain harus melawan.

bahkan para pejabat pun sudah hilang akal, ketika mereka terdesak kebutuhan hidup/nafsu, dan harus korupsi, ditambah lagi ada momen/peluang untuk melakukan itu.

So, saya rasa, makin kuat kecenderungan akan kedua hal tadi (momen dan butuh), maka makin penting sesuatu itu dimata kita, dan nilai nya dapat terus bergeser naik atau turun.

Jangan pernah mengeluh dengan keadaan, kalau memang itu sesuatu yang sangat tidak kita sukai, tapi ternyata sangat penting dengan keadaan kita saat ini, maka kerjakannya, buatlah menjadi benar-benar penting.

Mungkin Anda anak SMA yang bercita-cita jadi AKABRI atau Programmer, trus buat apa belajar Kromosom? tapi karena Anda masih SMA dan ada dalam kurikulum Anda, maka itu adalah hal yang penting untuk anda pelajari. Bahkan dalam dunia programming dikenal ada algoritma genetika loh (mengadopsi dari pola kromosom).

membuat setiap hidup kita jadi penting, akan mampu memaksimalkan hasil kerja kita. seperti orang yang kepepet rampok tadi, pasti dia akan (minimal berusaha seolah) jadi jago silat. Atau orang yang dikejar Anjing, akan lari dengan sangat cepat.

ini bukan masalah kemauan bung! tapi ini masalah kepentingan!
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Thursday, February 05, 2009

Membangun Optimisme Perubahan

Ini sudah terjadi ketiga kalinya. Muncul ketidakkonsistenan dalam menata hidup. memang saya akui beberapa bulan belakangan ini sangat kurang dalam hal belajar dan berbagi ilmu. Apalagi untuk menulis dan ng-blog. Banyak alasan yang diambil, mulai dari tidak sempat, susah cari koneksi internet, sampai alasan malas dan tidak ada ide.



Kita butuh Perubahan!!
Tapi setelah direnungkan kembali, ternyata inilah fitrah manusia, untuk belajar dan terus belajar. kita pasti akan selalu penasaran dengan hal-hal yang baru ataupun sesuatu yang belum kita ketahui. dan banyak orang (termasuk saya) tidak akan jauh dari internet untuk memuaskan keinginan akan informasi tersebut.

Dengan tampilan yang berbeda, topan tambunan akan mengulas berbagai hal yang berkaitan dengan opini, teknologi, software engineering, web application, web development, motivasi, inspirasi, sosial budaya, dan apa pun yang anda dan saya sukai. ini format baru, untuk lebih bermanfaat dalam berbagi ilmu.

saatnya, topan tambunan menuliskannya.


salam pencari ilmu.
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Monday, November 19, 2007

Dongeng Telekomunikasi

Padahal saat ini komunikasi adalah salah satu hal penting yang dibutuhkan bangsa kita. Tapi nyatanya kebutuhan itu dimanfaatkan untuk kepentingan pihak-pihak asing. Negara ini masih menjadi sasaran empuk para kapitalis serakah yang ingin berinvestasi dengan keuntungan berlipat-lipat. Faktanya Indonesia masih menjadi negara dengan tarif telekomunikasi termahal, setidaknya untuk tingkat Asia Tenggara.

Lucu juga opini yang beredar. Alkisah, beredarnya isu kepemilikan saham didua raksasan telekomunikai suatu negeri, membuat pihak yang mengawasi per-monopolian bertindak. Cukup matang mungkin penyelidikan yang dilakukan. Sampai-sampai terdengar satu adegan adanya beberapa orang yang disingkirkan karena dinilai tidak netral. Tapi memang bukan itu isu utamanya, jadi bisa saja itu sebagai upaya pengalihan isu.

Masalahnya bangsa ini dipersepsikan telah menjadi bahan mainan dari sebuah perusahaan asing milik tetangga, yang intinya menguasai sektor pertelekomunikasian(komunikasi yang bertele-tele membuat kita kasian).

Satu perusahaan dimiliki dengan hak saham yang pasif, sehingga kebijakan untuk memajukan bisnis ini masih tetap memadai. Satunya lagi perusahaan dengan kepemilikan saham aktif, seharus bisa berinovasi untuk memajukan bisnisnya. Kenyataannya yang satu diberitakan makin untung, yang satu diberitakan santai-santai saja, dengan minim inovasi. Yang dirugikan katanya, adalah rakyat, karena justru tidak mendapatkan persaingan dari dua raksasa ini. Yang ada justru kesan kompromistis, sehingga tarif makin melangit. Benar atau tidak, tidak begitu yakin.

Hakikatnya telekomunikasi, adalah hajat hidup orang banyak. Ini didasarkan pada kebutuhan yang mencakupinya, mulai dari urusan pribadi, masyarakat umum, bisnis, pendidikan bahkan sampai urusan intelegen. Ironisnya, kenapa bukan bangsa sendiri yang menjadi penguasanya. Kini barulah kita sadar, akan pentingnya menjadi tuan dirumah sendiri, atau tamu dirumah orang lain.

Sudah begitu pun, kita masih bisa berandai-andai. Jikalau saja kue (saham) yang diperebutkan itu ternyata terbukti dimonopoli, dan mengharuskan kue itu dibagi-bagi, apakah yang punya negara ini bisa kebagian? Maksudnya rakyat itu sendiri atau lebih nyatanya bisa diambil oleh pemerintah. Masalahnya pemerintah belum tentu punya uang untuk itu, dan lagi-lagi kue ini bisa saja jatuh ketangan asing lagi, Rusia misalnya. Ini dia yang saya maksud lucu (ketawa tapi nangis).

baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Thursday, November 01, 2007

Dukungan Untuk MUI


Beberapa hari yang lalu di i-Radio sempat diberitakan statemen dari LBH tentang maraknya aliran sesat akhir-akhir ini. Lucunya, LBH justru menuding MUI dan pemerintah tidak menjalankan amanat yang tertuang dalam UU Negara ini, alias telah melanggar Undang-undang. Alasannya karena MUI secara sepihak sering sekali mengeluarkan statemen sesat atas keyakinan beragama kelompok tertentu, ditambah lagi sikap pemerintah yang menangkapi dan menetapkan sebagai tersangka para penganut aliran yang dituduh sesat itu. Ini dinilai LBH bertentangan dengan kebebasan beragama dan menjalankan perintah agama bagi pemeluknya. Kok bisa? Saya juga bingung.

Kalau kita pikirkan secara mendalam, MUI mengeluarkan keputasan sesat, dalam kerangka umat islam. Artinya jika menyangkut kepentingan umat islam di Indonesia, berdasarkan aturan hukum yang merujuk kepada islam itu sendiri. Misalnya untuk memutuskan makanan haram atau tidak, sesuai kaidah islam, termasuk memutuskan suatu ajaran apakah menyimpang dari aqidah keislaman atau tidak. Sehingga ketetapan yang dikeluarkan MUI pada dasarnya tidak ditujukan bagi umat diluar islam. Lalu apakah itu melanggar Undang-undang, tentu saja tidak. Undang-undang mengatur kebebasan kita umat beragama untuk melaksanakan perintah agama kita masing-masing, termasuk menentukan hukum terkait keagamaan(bahkan duniawi), atau apapun. Justru aliran sesat itu yang melanggar undang-undang, karena meresahkan kehidupan umat bergama, orang akan jadi ragu karena pemikiran yang sesat itu. Ditambah lagi jika kelompok aliran itu mempromosikan pemikirannya kepada orang yang sudah beragama, itu baru mengganggu.

Dan masih banyak alasan lain sebenarnya. Aneh memang LBH, seharusnya mampu mengartikan aturan hukum dengan jelas dan pas, tidak asalan saja. Kenapa saya bilang lucu? Karena anda bisa bayangkan jika pemikiran LBH ini dipakai pada produk makanan yang tidak mendapatkan sertifikat halal dari MUI, mereka bisa nuntut MUI telah merugikan pasar para produsen, padahal kan ngak gitu…??? Mungkin maksudnya, kebebasan diartikan orang bisa bebas berbuat tentang keyakinannya. Bisa modifikasi agama, atau bahkan bikin agama baru. Ini mungkin usulan dari saya untuk para kelompok yang sering membuat pemikiran baru, mending sekalian saja bikin agama baru, agar tidak dinilai meresahkan masyarakat. Jadi jangan disangkut-pautkan dengan Islam, Kristen, hindu, budha atau agama apapun

baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Thursday, October 25, 2007

Ribut-ribut, BUS TRANS JAKARTA

Dari namanya saja sudah menimbulkan kontroversi. Ada yang bilang Bus Way atau Trans Jakarta ? dan kenapa harus pakai bahasa Asing, kenapa tidak bahasa Indonesia. Kenyataan lainnya muncul adalah ketika saat ini Bus Way atau Trans Jakarta atau apapun namanya, ditengarai jadi biang keladi kemacetan di Jakarta.

Ide pembuatan jalur khusus bagi bus khusus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi yang murah, tepat waktu, dan jalur yang memadai. Dengan begitu frekuesi penggunaan mobil di Jakarta dapat dikurangi, dan berimbas pada pengurangan jumlah kendaraan dijalan yang tidak sebanding dengan jumlah jalan. Itu harapannya. Tapi apa jadinya ?

Walaupun belum semua proyek ini rampung, tapi bisa di bilang Bus Way sudah banyak tersebar di Jakarta. Dan ternyata tidak mengurangi jumlah kemacetan, apalagi dijam-jam sibuk. Kebijakan pemerintah untuk membangun sarana bus way ternyata tidak mampu membuat masyarakat pengguna kendaraan pribadi beralih kepenggunaan bus way, inilah masalahnya. Jadi keberadaan bus way justru menambah jumlah kendaraan dan mempersempit jalanan. Lalu siapa pengguna bus way selama ini? Mereka adalah para pengguna kendaraan umum yang selama ini dikecewakan oleh fasilitas kendaraan umum yang ada. Image kendaraan umum di Jakarta adalah kotor, jorok, tidak aman, jalan seenaknya, tidak tepat waktu dan sebagainya. Lalu kemudian mereka beralih ke bus way. Sampai disitu.

Kebijakan pemerintah tidak mampu mengurangi jumlah kendaraan dijalan, walaupun sudah ada tri in wan, tetep aja. Trus gmana dong? Itu dia masalahnya, miliyaran dana dihabiskan, justru tidak menyelesaikan inti permasalahan, hanya menambah masalah baru. Saya bukanya mengatakan tidak setuju dengan konsep bus way, tapi masalah penerapannya. Memang banyak permasalahannya, salah satunya adalah ketidakmampuan pemerintah mengatur kendaraan-kendaraan umum yang ada di Jakarta. Dasarnya kita tidak perlu ada bus way atau lebih tepatnya bus trans Jakarta, kalau pemerintah mampu menjadikan semua kendaraan umum Jakarta saat ini bertingkah laku seperti bus way. Yang rapih dong, yang bersih dong, yang disiplin, yang aman, yang nyaman, yang murah, pokoknya yang top-lah. Mau kemana ada, mau dimana juga ada, tanpa harus buka trayek baru dengan bus baru. Selain itu harus pula didukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta, serta peningkatan kendaraan umum.(hee…sok…tau…gitu), tapi bener lho….ini serius.

Kembali ke awal, saya juga bingung, ada yang bilang “ayo naek bus way aja”, bus way kan jalur bus. Jarang sekali orang bahkan berita di tipi yang bilang "bus trans Jakarta", pasti lebih familier bilang "bus way". Aneh…..

baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Thursday, June 28, 2007

Makin hari makin aneh


banyak terjadi hal yang cukup aneh dan menggelikan akhir-akhir ini. terutama yang saya amati seputar dunia perpolitikan negara kita. sampai-sampai saya lebih suka nonton kartun jadinya, dari pada mengamati secara detil dagelan politik itu.

ada kejadian para nelayan yang sibuk demo turun kejalan demi membebaskan seorang terdakwa kasus korupsi dana nelayan itu sendiri. itu dia kasusnya DKP, yang menjadikan Rokhmin Dahuri sebagai artisnya. aneh karena para nelayan jusrtu berdemo dan menutup jalur pantura, lucunya mereka malah menuntut agar Rokhmin Dahuri dibebaskan(cuma Rokhmin..yang laen nggak). padahal lebih relevan kalo para nelayan itu demo masalah kesulitan bahan bakar, naiknya harga minyak goreng, atau menyangkut kesejahteraan nelayan yang lain. kalo cuma membela terdakwa korupsi. buat apa capek-capek demo, apalagi yang dikorup duit mereka juga.

dua partai besar bertemu. sebetulnya siih ini hal yang biasa, seperti yang dikatakan para pengamat. yang tidak menjadi biasa adalah respon Metro TV, sebagai stasiun berita pertama yang melaporkan kegiatan ini. begitu antusias dan memukau. bahkan sampai masuk menjadi editorial pagi. sewaktu itu belum banyak yang berkomentar, sehingga metro masih memberitakan secara positif, entah mengapa kok malah jadi tidak netral pemberitaannya. pada dimedia lainnya berani-berani saja menayangkan aksi para pengurus ranting salah satu partai tersebut yang kecewa dan menarik dukungannya. ada juga debat antar politikus yang justru meragukan tujuan dari pertemuan yang tidak jelas itu. siswono bilang itu bukan koalisi, tapi panda nababan sepakat itu koalisi, yang lebih lucu yusuf kalla justru mempertanyakan pertemuan itu.??termasuk agung laksono. kenapa juga taufik kemas begitu ngotot dengan opsi puralisme-nya..?

ada lagi ketika kasus lumpur lapindo semakin parah. presiden SBY dengan sigap langsung menuju ke lokasi bencana di porong. hasilnya justru membawa sikap pesimis bagi masyarakat. kepercayaan terhadap presiden justru makin menurun, karena memang kurang ada hasil nyatanya. kendati presiden sangat berkomitmen untuk menyelesaikan ini, tapi apalah daya jika tidak sinkron dengan menterinya. percuma memang(kelihatannya) presiden membuat berbagai peraturan, kalau menterinya malah santai-santai(seperti tidak ada beban). lihat saja berapa triliunan kekayaan Abu Rizal Bakrie(menko kesra) yang dipublish media, padahal masih banyak yang tidak 'kesejahteraan rakyat'. atau perlu ada reshufle lagi ?

Abu Dujana sih sudah tertangkap. dan memang masih status tersangka. tapi malah jadi persoalan besar, ketika banyak pihak justru menolak cara-cara yang digunakan densus 88 dalam mengungkap terorisme. sampai pada tuntutan pembubaran densus. Pak Sis sebagai Kadiv.Humas rajin juga menjawab semua isu yang menerpa polri tersebut. dan memang perlu kita ketahui juga, bahwa citra polisi saat ini lebih sebagai angkatan bersenjata, bukan polisinya rakyat, menumpas teror dengan teror.

masih banyak, dan saking banyaknya, sampai malas juga jadinya.
semua itu datang bertubi-tubi, sepertinya sengaja menghilangkan realita kehidupan yang saat ini kita hadapi; penderitaan warga porong, harga minyak goreng naik, listrik mati idup, susah nyari kerja, petani gagal panen, gempa, apa lagi...apa lagi yang sengaja dilupakan, hanya karena manuper-manuper politik yang 'makin' seru..!!??
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Tuesday, May 01, 2007

Kepemimpinan


Dalam tatanan kehidupan manusia, sosok pemimipin itu termasuk fitrahnya manusia. minimal dia bisa memimpin dirinya sendiri. dalam organisasi ataupun kelompok kecil yang berisikan banyak orang, pasti akan ada yang namanya pemimpin. memang secara struktural pemimpin hanya diartikan sebagai posisi teratas dari komunitas yang ada. namun untuk lebih memaksimalkan peran dari kelompok atau organisasi yang ada, dibutuhkan yang namanya kepemimpinan.

memang sedikit mirip sih, tapi sebenarnya berbeda. pemimpin lebih diartikan sebagai posisi/kedudukan/status seseorang dalam kelompok. sedangkan kepemimpinan bisa diartikan dengan karakter atau pengaruh seseorang untuk mengatur dan mengarahkan kelompok tersebut. yang sering saya dengar dari kata kepemimpinan adalah pengaruh. kepemimpinan dapat dinilai dari seberapa besar pengaruh kita terhadap kelompok.

walaupun posisi pemimpin suatu kelompok telah kita pegang, namun sama saja tidak ada artinya kalau ternyata pengaruh kita masih biasa-biasa saja. atau malahan kita tidak punya pengaruh sama sekali, alias hanya sebagai formalitas 'boneka' saja. sebaliknya dengan pengaruh yang dimiliki, seseorang bisa saja menjadi motor untuk arah gerak suatu tim.

menurut saya inilah arti sebenarnya dari sebuah kepemimpinan. memang pemimpin itu hanya akan ada satu, misal presiden RI, pasti hanya akan ada satu. tapi belum tentu morot penggerak pemerintah ada ditangan beliau, bisa jadi jiwa kepemimpinan itu justru lebih kuat pada jajaran kabinatnya. selama itu untuk membantu kerja dari presiden, maka tidak ada masalah. namun yang sering dikhawatirnya adalah pengaruh tersebut digunakan sebagai alat untuk memanfaatkan (dalam artian negatif) seorang pemimpin, waduh yang ini namanya licik.
baik, sekarang kita lihat kembali apa dan bagaimana keberadaan kita dalam tim kita saat ini, baik dikantor, organisasi, atau kelompok kecil lainnya. apakah kita memang memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk memimpin, atau hanya sekedar menjadi pengikut saja (yang dipimpin).
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Saturday, April 07, 2007

Demokrasi Kepentingan



Proses demokrasi di Indonesia sepertinya masih jauh dari kamapanan. Demokrasi yang diyakini mampu membawa ruang lebih bagi kemakmuran rakyatnya justru malah menjerat kehidupan rakyat itu sendiri. Tata pemerintahan yang ada memang sudah menjadi hewan peliharaan para penguasa. Mereka bisa dengan bebasnya melakukan manuver-manuver politik, yang hanya menguntungkan diri sendiri dan malah merugikan masyarakat. Keberadaan politikus benar-benar telah mempolitisasi seluruh aspek kepentingan publik untuk kemajuan kendaraan politiknya saja. Padahal berbagai perangkat demokrasi yang ada seharusnya bisa berkolaborasi untuk kemajuan bangsa. Minimal konsisten untuk tetap berperan sebagai pemerintah, legislatif atau penegak hukum.

Dampak negatif dan nyata mulai timbul, salah satunya adalah melemahnya kepercayaan publik terhadap pemerintah. Dan itu bisa berarti melemah pula stabilitas negara kesatuan ini. Karena pada dasarnya negara ini dibangun atas dasar demokrasi, yang seharusnya mampu dimanfaatkan untuk kemajuan rakyat. Bangsa kita terlalu banyak menyimpan stok politikus-politikus, apalagi politikus yang busuk. Kerja mereka sehari-harinya hanya untuk berbicara masalah kenaikan gaji, laptop, uang transport, kepentingan partai, pertarungan antar lawan politik, saling tuding kesalahan, membuat partai baru, atau apalah itu namanya. Lalu apa gunanya bagi rakyat? Kita seakan hanya bisa duduk manis dan menyaksikan segala macam dinamisasi demokrasi bangsa ini, tanpa pernah tahu kapan bangsa ini bisa menjadi baik. Kapan tetangga kita yang miskin bisa makan enak, kapan harga beras menjadi murah, kapan BBM bisa turun, kapan pendidikan bisa gratis, kapan kesehatan kita bisa terjamin. Hal-hal itulah yang akan terbayangkan dibenak masyarakat, karena tidak mungkin masyarakat memikirkan penyelesaian masalah ataupun masalah politik, itu adalah tugas pemimpin bangsa ini. Janji tidak hanya dilontarkan saat berkampanye, bahkan sekarang pun masih sering janji-janji itu disuarakan. Mungkin untuk mengangkat image para politisi dan petinggi negeri ini.

Demokrasi seharusnya bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengatur kehidupan bangsa ini. Bukan malah menghancurkan bangsa ini. Kita butuh lebih banyak negarawan yang mampu berbuat untuk kepentingan negaranya. Bukan politikus yang berfikir untuk kepentingan politiknya. Secara nyata bisa kita lihat dari berapa banyak elemen pemerintah yang mau berjuang dan berkorban demi rakyat? Apakah seperti yang terjadi di Bulog saat ini ? Peran maksimal dari pemerintah pun sebenarnya bisa membuat bangsa ini menjadi lebih mandiri, serta terlepas dari intervensi pihak asing. Pemerintah yang ada tidak semestinya hanya berkutat pada permasalahan pengusaha (kapital) tanpa menghitung apa manfaatnya untuk masyarakat. Legislatif yang bertindak sebagai corong dari masyarakat, hanya menjadi kandang bagi kepentingan politik parpol, lalu mau dibawa kemana kepentingan rakyat ? Suara-suara yang dilontarkan bukan suara kebenaran tapi malah kepentingan. Bangsa ini harus menyadari bahwa perlu ada perbaikan menyeluruh terhadap pola pikir dan sistem kerja manusia dewan. Sehingga mereka akan lebih mengutamakan perut rakyat dari pada uang pulsa, atau bahkan laptop. Namun yang lebih ironis lagi ada tidak adanya kekuatan hukum yang bisa bekerja powerfull. Yang mampu menyikat habis segala karat-karat demokrasi yang disebabkan penjahat politik. Penegak hukum kini bisa dengan enaknya berkoar tentang kebenaran, walaupun itu hanya berlaku pada maling-maling ayam. Untuk maling triliunan, nanti dulu, ada berbagai macam proses hukum yang harus dilalui tentunya dengan prinsip praduga tidak bersalah. Hukum dapat dibeli, apalagi penegak hukumnya, pasti dapat dikebiri. Bahkan aturan perundangan pun bisa dibuat sesuai kehendak penguasa atau pengusaha.

Kalau sudah seperti ini akan sangat sulit jika kita berbicara siapa yang pantas memimpin negeri ini. Karena siapa pun yang jadi pemimpin pasti keadaannya akan berulang, mulai dari Soekarno sampai Susilo. Mereka bukanlah orang-orang yang bodoh dan tidak berpendidikan, sehingga tidak mampu mengatasi masalah ekonomi, sosial politik, kesejahteraan dan keamanan negara. Justru orang-orang disekeliling mereka adalah para ahli nomor wahid di negeri ini. Tapi ini masalah niat baik dan moralitas, niat mereka tidak untuk membangun bangsa, tapi untuk membangun kepentingan politiknya. Sampai kapan pun demokrasi seperti ini hanya akan menjadi sistem sampah, yang dikelola oleh orang-orang sampah dan hanya menghasilkan sampah bagi rakyat.

Perlu adanya kesadaran untuk mengembalikan hakikat sebenarnya dari demokrasi ini, yaitu kembali pada rakyat. Dengan berbagai modifikasi yang dilakukan tanpa mengurangi tujuan mendasar untuk kesejahteraan rakyat. Mengembalikan peran dari masing-masing lembaga eksekutif., legislatif dan yudikatif pada rel yang benar. Lalu didukung oleh para pemimpin negeri yang senantiasa memikirkan kemajuan bersama bagi rakyatnya. Semakin hari rakyat sudah jauh dari harapan itu, dan bahkan kini tinggal mimpi. Mungkin sebentar lagi harapan itu tidak akan pernah ada karena telah terbang tertiup angin seiring dengan kehancuran negeri ini. Tapi kita harus tetap berharap dan berusaha agar tetap dalam berkat dan rahmat Allah yang Maha Kuasa dan keinginan yang luhur untuk memperbaikin kehidupan kita (seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945).
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Wednesday, March 21, 2007

Debat Kusir, jangan

Debat kusir sering digunakan orang sebagai istilah untuk diskusi yang tak berguna dan tiada habisnya. Merupakan gabungan dari dua kata, yaitu debat dan kusir. Debat bisa kita artikan dialog aktif dua arah, atau diskusi. Sedangkan kusir itu yang mengemudikan delman, kendaraan zaman dulu yang pakai kuda sebagai penariknya, pasti semua sudah tahu. Bahasa lainnya delman, dokar, sado, atau apalah namanya. Lalu apa hubungan debat kusir ?

Ini cerita yang saya tahu. Coba kita ingat-ingat bagaimana posisi duduk kusir, posisinya membelakangi penumpang, atau menyamping. Karena jika berhadapan dengan penumpang sadonya bisa jadi nabrak. Jadi dari sudut pandangnya saja sudah berbeda, dilihat dari posisi duduknya dengan penumpang.

debat kusir saya artikan sebagai dialog antara kusir dengan penumpangnya.
Contoh pecakapan :
Penumpang : “wah…. Pemandangannya bagus ya…” (disamping jalan ada sawah terhampar luas..)
Kusir : “apanya yang bagus bu, dari tadi yang diliat Cuma jalan lurus aja kok, bosenin” (pandangan kusir kedepan, yang ada cuma jalan lurus).

Ya nggak nyambung…!! Dan kalau dilanjutin, bakalan makin ngelantur.
Atau ada contoh lain.

Misal pak kusir tiba-tiba kentut, otomatis alirannya langsung ke penumpang (karena membelakangi tadi). Nah, penumpang akan bertanya, “bapak kentut ya…kok saya nyium bau kentut sih pak !! ”, tanya penumpang. Pak kusir berkata, “ah… perasaan nggak…ini mah bau kotoran kuda”, (karena kusir langsung menghadap pada pantat kuda). “nggak kok saya yakin ini bau kentut”, timpal sang penumpang. “lho ibu jangan nuduh saya gitu dong, saya nggak nyium bau kentut, yang saya cium kotoran kuda”, sanggah kusir. “oohhh…. Gitu, jadi bapak nggak mau ngaku kalo udah ngentutin saya”, kata penumpang, “kalo gitu saya turun disini aja…”, kata penumpang marah (padahal emang sudah nyampe tempat tujuan). “oi… bu, bayar dong, kok maunya gratisan”, kata kusir makin panas. “enak aja, saya nggak mau bayar gara-gara nyium kentut bapak !!”, kata penumpang sambil kabur sewot.

Tuh..kan makin nggak bener. Ini Cuma ilustrasi dari debat kusir. Diawali dengan sudut pandang yang nggak nyambung, ditambah lagi masing-masing pihak egois, lalu diakhiri dengan pertengkaran.
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Monday, March 19, 2007

Perkembangan Teknologi vs Regulasi ICT

Perkembangan teknologi secara global saat ini sangat pesat. Namun sayangnya indonesia tidak sepenuhnya bisa mengikuti perkembangan itu. Selain karena faktor keilmuan yang masih minim, ada juga masalah dukungan pemerintah lewat aturan hukum yang tidak seiring sejalan dengan teknologi itu sendiri. Sehingga penerapan teknologi mutakhir di Indonesia sering tidak up to date.

Dari pengertiannya regulasi itu sendiri, ternyata masih banyak pihak yang berselisih. Yang sering dilakukan oleh pemerintah adalah menjadikan regulasi berisi larangan-larangan yang seharusnya dilakukan setiap pelaku IT. Padahal dari pandangan praktisi dan dunia industri, regulasi seharusnya mengatur, bukan sekedar melarang, bagaimana penerapan teknologi dilakukan. Sedangkan masyarakat umum, justru menjerit karena ternyata regulasi yang ada seharusnya berorientasi untuk memperjelas kontribusi penerapan teknologi bagi kesejahteraan masyarakat. Lalu bagaimana sebetulnya pengertian dari regulasi itu sendiri ?

Dampak dari ketidakjelasan ini salah satunya adalah, permainan kepentingan pihak tertentu. Kalau dari sudut pandang dunia industri pengaturan yang diharapkan pasti menyangkut cakupan bisnis mereka. Termasuk bagaimana persaingan dengan provider lainnya, dan bagaimana keuntungan bisa mereka peroleh. Masyarakat tentunya menginginkan adanya kejelasan nasib mereka jika teknologi diterapkan. Misalnya saja bagaimana pemerintah masih setengah hati untuk menerapkan teknologi Voip, karena alasan berpengaruh negatif bagi industri telekomunikasi yang lain. Padahal masalahnya ada pada biaya yang murah, Voip jelas memiliki biaya lebih murah dibanding telepon yang umum digunakan saat ini. Seharusnya regulasi yang dibuat bisa mengatur penerapan teknologi Voip bagi telepon murah, agar masyarakat kelas bawah juga bisa menikmati teknologi.

Regulasi ICT tenyata tidak semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang akan berkaitan disana. Sampai dimana batasan ICT itu sendiri, masih sangat luas. Kalau dulu kita bisa saja mengartikan pertukaran suara (voice), lewat media tembaga. Tapi sekarang sudah semakin canggih. Tidak hanya suara, tapi disana juga ada data, yang bisa berarti image, document, music & video, dan banyak layanan lainnya. Dan tidak hanya itu, medianya pun sudah berkembang menggunakan frekuensi. Bahkan teknologi ini bisa saja terintegrasi melalui jaringan, perangkat lunak, phone, dan perangkat elektronik lainnya. Sehingga pertanyaannya adalah bagian mana dari teknologi ini yang harus diatur dan bagaimana cara mengaturnya ?

Perkembangan teknologi justru bisa terhambat karena tidak adanya regulasi. Dan ini sudah kita rasakan ketika pembahasan RUU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang dilakukan pemerintah dan DPR semakin berlarut-larut. Padahal RUU ITE itu sangat penting keberadaannya untuk mengatur transaksi elektronik yang sering kita lakukan di Internet. Akibatnya Indonesia masih tidak bisa mengakses e-commerce untuk transaksi dunia, atau dengan kata lain kita belum bisa beli barang lewat internet.

Kondisinya saat ini, pemerintah selalu terlambat dalam melihat perkembangan teknologi. Dan memiliki respon yang lambat untuk bisa membuat regulasinya. Alasan SDM selalu menjadi kambing hitam permasalahan, walaupun saat ini pembahasan regulasi terkadang telah melibatkan masyarakat IT. Tapi tetap saja dengan pengetahuan yang minim dari SDM pemerintah tentang teknologi, ditambah lagi pembahasan yang dilakukan selalu berlarut-larut. Belum lagi para regulator terkesan mempolitisir aturan-aturan yang ada, demi kepentingan politik atau bisnis.

Sekarang tinggal itikad baik dan komitmen dari semua pihak (termasuk pemerintah) untuk mendukung perkembangan IT di tanah air. Tidak dilakukan setengah hati seperti halnya yang dilakukan pemerintah untuk IGOS(Indonesia Go Open Source). Karena dengan begitu para pengembang teknologi pun akan melakukan riset dan penengembangan dengan sepenuh hati. Tentunya demi kemajuan bangsa, bukan pengusaha.
baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Monday, February 19, 2007

Mencermati RUU Informasi dan Transaksi Elektronik

Sebenarnya pembahasan RUU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) telah berlangsung sejak tahun 1999. Sampai saat ini walaupun RUU ini telah diserahkan dari pemerintah ke DPR, namun pembahasannya masih belum rampung juga. Bahkan saat ini pembahasan RUU juga melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, praktisi IT, akademisi, pakar hukum dan masyarakat umum lainnya. Hal tersebut dilakukan pemerintah dalam upaya untuk mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang nantinya akan berinteraksi langsung dengan aturan ini.

Kemunculan RUU ini dilatarbelakangi oleh kondisi negara kita yang belum memiliki aturan yang jelas seputar Cyber Law. Hal ini berdampak buruk bagi citra Indonesia di komunitas Internet dunia. Indonesia bahkan tercatat sebagai negara yang subur dengan tindak kejahatan elektronik, misalnya pencurian kartu kredit atau melalui e-commerce. Bahkan Uni Eropa merekomendasikan untuk tidak melakukan transaksi elektronik dengan negara yang belum memiliki aturan perundangan yang jelas tentang teknologi informasi. Indonesia juga berpotensi mendapatkan sanksi pemblokiran jalur routing Internet dari komunitas global, jika tidak segera memiliki UU dibidang teknologi informasi (sumber: detikinet.com).

Dari draft rancangan undang-undang yang ada terdapat beberapa ketentuan penting yang perlu kita cermati, diantaranya :

  1. UU ini berlaku bagi siapapun (baik dalam maupun luar negeri), yang memberikan dampak hukum di Indonesia.

  2. Dokumen elektronik berlaku sebagai bukti yang sah secara hukum, selain dokumen cetak.

  3. Terdapat lembaga (bisa berupa pemerintah atau masyarakat) sertifikasi keandalan terhadap pelaku usaha dan produk yang ditawarkan secara elektronik.

  4. Pembahasan seputar tanda tangan elektronik (digital signature), sebagai bukti hukum autentifikasi data elektronik.

  5. Dibuatnya jasa penyelenggara sertifikasi elektronik untuk tanda tangan elektronik, diman penyelenggara diatur dalam Peraturan Pemerintah.

  6. Persyaratan minimum dari penyelenggaraan sistem elektronik.

  7. Pengaturan transaksi elektronik baik untuk privat maupun publik

  8. Mengatur nama domain, Hak Kekayaan Intelektual, dan perlindungan hak pribadi.

  9. Perbuatan yang dilarang seperti pornografi dan pornoaksi, tindak kekerasan melalui komputer atau sistem elektronik, mengakses komputer atau sistem elektronik tanpa hak, menyebabkan gangguan terhadap komputer atau sistem elektronik, penyebaran informasi pribadi (mis. password), dan lainnya.

  10. penyelesaian sengketa dari permasalahan teknologi informasi.

  11. Peran Pemerintah dan Masyarakat.

  12. Aturan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan

  13. Serta ketentuan pidana terhadap pelanggaran undang-undang ini.

Semua aturan tersebut terangkum dalam rancangan undang-undang sebanyak 13 Bab dan 49 pasal. Dengan data terakhir rancangan sampai dengan tahun 2005.

Dari beberapa point pembahasan diatas masih banyak yang menjadi kontroversi dikalangan praktisi, akademisi dan pakar IT. Antara lain seperti yang diungkapkan oleh Onno W. Purbo dan Rapin Mudiarjo (ICT Watch), salah satu pakar yang terlibat dalam pembuatan RUU ini, bahwa RUU tidak mejelaskan secara langsung mekanisme hukum yang dapat menjerat pencurian kartu kredit. Bahkan dengan draft yang ada justru membuat Carder (pencuri kartu kredit) sulit ditangkap. Selain itu juga permasalahan penerapan digital signature yang sangat penting untuk mendukung e-commerce. Penyelesaian sengketa terhadap tindakan hukum atau kerugian juga menjadi konsentrasi dari rancangan ini. RUU tersebut juga memposisikan lembaga pemerintah memiliki kewenangan dalam penyelidikan kasus, padahal kemampuan SDM-nya masih minim teknologi. Teknis pembentukan lembaga sertifikasi elektronik dan sertifikasi keandalan juga masih belum jelas mau seperti apa. Kekhawatiran juga muncul dari berbagai pihak bahwa RUU ITE ini akan lama rampung dalam pembahasan DPR, terkait masalah kompetensi dan kepentingan politik.

Yang jelas keberadaan undang-undang ini nantinya akan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan penerapan teknologi informasi yang menunjang bagi aktifitas perdagangan dan ekonomi, efektivitas dan efisiensi layanan publik, dan pengembangan teknologi informasi. Dengan adanya UU ini citra Indonesia dimata Internasional pun diharapkan akan membaik, dan dapat mengurangi tindak kejahatan elektronik. Namun tentunya kita (kalangan akademisi) dan pelaku IT lainnya juga harus mencermati lebih jauh substansi dari RUU ini, agar tidak ada yang merasa dirugikan. Semua pihak saat ini mendesak agar RUU ITE ini segera disahkan, kecuali para penjahat cyber, pihak yang dirugikan dengan keberadaan aturan ini.


baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


Monday, February 05, 2007

Kritik bukan sekedar Kripik


Antara kritik dengan pujian seperti dua sisi mata uang yang saling menutupi dan terkesan bertolak belakang. Manusia pada umumnya akan lebih senang dan terbuka jika menerima pujian dan tidak menerima kritik. Walaupun saat ini seharusnya perlakuan pada kritik adalah dalam kontek membangun. Tapi tetap saja kritik atau pun pujian adalah masalah sudut pandang, sehingga sering diperdebatkan dan terkesan merugikan. Apalagi kalau sudah menyangkut harga diri, pasti pujian atau kritikan tadi akan semakin panas tanggapannya.

Seperti halnya kripik singkong (atau jenis kripik lainnya) yang sangat ’nyaring’ terdengar ’krieuuk’-nya, tapi justru tidak berbobot (kalaupun ada sangatlah ringan) dan garing pula. Nyaring hanya terdengar sebentar, kenyang pun tidak sepenuhnya terpuaskan, walaupun dalam jumlah yang banyak. Tapi mayoritas kita pasti tetap menyukai kripik sebagai panganan sampingan. Dan sebagian kita juga mungkin masih menempatkan kritik kita seperti kripik tadi.

Ada dua sisi yang bisa kita lihat dari bentuk kritik yang ada. Pertama dari sisi pemberi kritik, dan yang kedua dari sisi penerima kritik. Kritik harus disampaikan dalam rangka membangun, dilengkapi informasi faktual, berdasarkan analisa yang objektif, ilmiah dan rasional, serta dengan penyampaian yang efektif dan efisien. Keempat hal ini akan mampu membangun persepsi kritik yang baik dari sisi pemberi kritik. Kritik harus punya tujuan jelas, yaitu untuk membangun atau mungkin lebih jelasnya adalah menyelesaikan masalah (bukan menambah masalah), tidak ada tendensi apapun terhadap orang yang kritik, karena yang dilihat tidak hanya sekedar orangnya(subjek) saja tapi juga permasalahannya. Kritik juga akan lebih membangun dan jelas fokusnya jika dilengkapi dengan data-data yang bisa memperkuat, sehingga permasalahan yang dituju pun akan semakin jelas. Banyak para kritikus yang mengutarakan kritikan mereka bahkan tidak dengan data yang jelas, sehingga tidak diketahui pula tujuan dan arah kritikan yang disampaikan, atau bahkan menggunakan data lama(kadaluarsa) sampai dengan data-data palsu, ini sama sekali tidak membangun. Ditambah lagi faktor ketiga yang sering diabaikan, yaitu bagaimana dengan alasan atau analisa terhadap kritikan tersebut. Kritik sering diutarakan secara membabi buta. Memaparkan tuntutan tanpa alasan yang logis, bahkan mengada-ada, yang penting orang tersebut berhasil kita kritik. Jika ini dilakukan maka kritik yang kita sampaikan tidak akan bernilai apa-apa bagi penerima kritik, bahkan bisa jadi hanya memperkeruh suasana. Mmaka dari itu aspek lain yang harus kita perhatikan dalam kritik adalah sarananya, dengan melihat faktor efisiensi dan efektifitas. Untuk mengkritik uang kosan yang terlalu mahal kepada ibu kos kita tidak harus menggalang massa dari BEM se-Indonesia turun ke gedung MPR. Cukup kita ajukan kritik atau protes dengan cara langsung dan santun secara personal. Sekali lagi harus efektif (tepat sasaran) dan efisien (tepat guna).

Kalau bicara dari sisi penerima kritik, maka point utama yang harus selalu diingat adalah jadikan kritik sebagai sarana membangun dan pengembangan diri kita. Ini penting, karena tanpa persepsi itu bagaimanapun kritik dikemas akan tetap buruk dimata kita. Jangan terlalu mengedepankan egoisme atau harga diri, yang sebetulnya tidak terlalu bernilai jika dibandingkan masukan yang memang berarti bagi kebaikan diri kita. Selain itu kita juga harus menerima segala kritikan secara utuh dan orisinil, tidak sepotong-potong atau malah hanya gosip saja. Kenali betul permasalahan yang sebetulnya sedang diangkat dalam kritik tersebut. Dan tentunya tidak melihat siapa yang mengkritik kita, tapi lihatlah apa yang menjadi masukan bagi kita.

Mungkin masih banyak pendekatan lainnya yang bisa membuat kita terbiasa dengan kritikan. Sehingga kita tidak alergi lagi untuk dikritik. Dan yang terpenting kalau pun kita harus mengkritik, haruslah berbobot tidak seperti kripik.

Maka jangan heran jika kritik kita dipandang sebelah mata oleh orang lain. Seperti halnya yang dilakukan kebanyakan pergerakan mahasiswa saat ini, atau yang kemarin diteriakkan Bang Hariman Siregar, atau bentuk protes lainnya yang sering terjadi dikampus kita. Kita sebagai pemberi kritik harus mampu menunjukkan kapasitas kita terhadap permasalahan yang kita angkat, tidak hanya sekedar ’nyaring’ diawal dan kemudian hilang begitu saja. Permasalahan yang memang benar-benar mengakar akan mampu menajamkan kritikan yang kita bangun dan semakin jelas arahannya untuk membangun, bukan untuk menjatuhkan atau menambah masalah.

Masalah metode kritik yang saat ini digunakan pun perlu untuk kita cermati bersama, apakah memang selau dengan dialog, atau perlu kita sampaikan secara personal, atau disampaikan dimuka umum, atau malah dengan aksi demonstrasi. Semua tergantung permasalahan dan bagaimana pemecahan yang kita inginkan.

Selamat Mengkritik dan Jangan takut dikritik !!!


baca selengkapnya...


OMG! it's a great article, Share Oh!


 

Followers

Social Share

[ttm]. topan tambunan menulis Copyright © 2009 Gadget Blog is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal