Tuesday, April 04, 2006

Siapa takut jadi Presiden ?

Semenjak saya pertama kali masuk ke STT Telkom, sebenarnya sudah tercium budaya yang kental dari sebuah kampus tehnik. Kondisi dimana manusia hanya banyak interaksinya dengan device, komputer, eksakta, mesin, rangkaian listrik atau apapunlah terutama yang berbau elektronik. Dengan keadaan seperti ini orang-orang yang berkecimpung di dunia IT, sering kali mendapat julukan makhluk autis. Kita (orang tehnik) terkesan selalu memiliki masalah bila dikaitkan dengan hubungan sosial (interaksi antar manusia). Entah ini nyata atau sekedar fenomena.

Namun seperti halnya memilih jeruk dipasar, tidak semuanya bagus atau tidak semuanya busuk. Masih ada juga komunitas mahasiswa yang mau bermain tidak hanya dengan mesin. Idealnya komunitas mahasiswa yang seperti ini mencoba mengasah potensi diri mereka untuk kemudian akan berguna bagi masa pasca kampusnya. Mulai dari bersosialisasi, berorganisasi, kreasi, seni-budaya, sampai dengan bidang politik. Lahan seperti ini tetap ada di STT Telkom, walaupun tidak se-meriah kampus lain di Bandung. Singkat cerita komunitas seperti ini masih terkalahkan dengan lingkungan yang dibangun mahasiswa lainnya untuk selalu berfikir study-oriented. Walaupun sudah banyak argumen yang dilontarkan, namun masih saja seperti ada jurang pemisah antara kedua pola pikir tersebut. Dan saya juga tidak bermaksud membuat dikotomi dikalangan mahasiswa.

Bukti nyata dari fenomena di kampus ini bisa kita amati dari status pencalonan Capres dan Cawapres tahun ini. Padahal sudah diundur sampai beberapa minggu, tapi hasilnya tetap saja tidak ada yang berani jadi Capres dan Cawapres. Kenapa ? apa ada korelasinya dengan kondisi mahasiswa tehnik atau tidak. Atau mungkin sosok Presiden Mahasiswa begitu mengerikan, sehingga orang pun ragu. Atau sebaliknya, sosok Presiden begitu culun dan tidak populis, tidak punya nilai jual, sehingga orang pun alergi mendengar istilah presiden mahasiswa.

Seberapa penting sosok presiden diperlukan untuk tataran kampusnya sendiri, itu suatu hal yang menarik. Dalam hal ini seorang presiden bukanlah sekedar mahasiswa yang menjadi pusat perhatian kampus dan populer. Tapi lebih dari itu, sosok presiden harus mampu membawa almamaternya sekaligus pencitraan dari kebanyakan mahasiswa di kampusnya. Menjadi pengusung pergerakan dan pemersatu kekuatan mahasiswa, sekaligus menjadi insan yang humanis. Dan jika memang seperti itu, berarti memang benar, akan terasa berat amanah seorang presiden.

Lalu apakah dikampus STT Telkom ini, tidak ada 1 orang pun dari sekitar 4ribu mahasiswa yang rela mengusung amanah seorang presiden mahasiswa ?
OMG! it's a great article, Share Oh!


0 komentar:

 

Followers

Social Share

[ttm]. topan tambunan menulis Copyright © 2009 Gadget Blog is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal